4{{AUTOBIOGRAFI}}R
Nama saya Renny Puji
Astuti biasa dipanggil Renny, saya lahir didesa Sakalimau kec-Tanjung
Samalantakan kab-Kotabaru. Pada hari Senin 03 februari 1997 tepatnya seminggu
sebelum hari raya Idul Fitri. Saya adalah anak yang bandel, hidung saya juga
pesek badan saya pun gemuk tetapi tidak terlalu pendek. Mata saya sipit, pipi
tembem dan bentuk jari-jari tangan saya seperti laki-laki. Pada saat saya masih
berusia 5 tahun saya sudah mulai mengikuti cara ibu saya bersolek. Lucu yah?
hee itulah sosok seorang renny dimasa kecil, lucu juga menggemaskan. Bicara
soal otobiografi inilah nama-nama orang tua saya, ayah saya bernama Sugianto
dan ibu saya Sugirah, pekerjaan ayah saya dulu adalah karyawan di Pt.Cipta
Kridatama dan sekarang ayah saya hanya menyadap karet milik sendiri setelah
perusahaan tempat ayah saya bekerja telah habis kontraknya.
Sedangkan ibu saya
tetap selalu setia dengan pekerjaan beliau yaitu merawat suami dan anak-anaknya
atau bisa disebut ibu rumah tangga. Saya
adalah anak pertama dari tiga bersaudara, adik saya yang pertama bernama Joko
Santoso dia masih duduk dibangku SD dan tahun ini akan menghadapi ujian
nasional. Adik saya yang satunya lagi bernama Olivia Zulianti dia masih duduk
dibangku TK nol besar dan akan menghadapi ujian juga seperti adik saya yang
pertama. Saya memulai pendidikan saya dijenjang SD yang berada di desa
Sakalimau tempat saya dilahirkan dan pada waktu itu umur saya masih 6 tahun.
Nama sekolahnya adalah SDN Sakalimau terdiri dari delapan ruangan.
Murid-muridnya pun
sangat sedikit karena disana bisa dibilang desa terpencil. Sebab penduduknya
masih sedikit, jalan-jalannya juga masih tanah yang bercampur batu krikil. Dimasa
SD saya sering ditinggalkan orangtua saya terutama ibu saya. Beliau pergi untuk
menemani ayah saya ditempat kerjanya. Saya hanya tinggal bersama kakek dan
nenek, terkadang saat ayah saya libur kerja.Mereka selalu
menyempatkan untuk menengok saya. Hingga pada suatu hari ayah dan ibu saya
pergi ke pulau yang berbeda, ibu saya terpaksa harus ikut untuk menemani ayah
saya merantau dikampung orang. Mereka pergi ke Tarakan Kalimantan Timur pada
saat itu saya hanya bisa menangis, hati saya sangat teriris. Pada saat itu umur
saya baru 6 tahun saya harus ditinggal jauh oleh kedua orang tua saya. Saya
harus kehilangan kasih sayang kedua orang tua saya untuk sementara waktu. Hati
yang begitu sakit tidak lagi bisa memahami maksud dan tujuan mereka
meninggalkan saya. Hari-hari pun berlalu, saya melewati hari-hari bersama
nenek, kakek dan bibi saya dia anak terakhir dari kakek dan nenek saya. Karena
saya dimanja oleh kakek dan nenek saya sehingga saya tumbuh menjadi seorang
anak yang tidak mandiri. Saya hanya tau main dan main saja, ketika disuruh
untuk membantu nenek dan kakek saya selalu saja tidak mau. Saya lebih
mementingkan untuk bermain bersama teman-teman saya.
Hingga suatu hari
bertepatan dengan hari-hari menjelang ulangan semester genap ibu saya menyampaikan
suatu hal kepada saya lewat telephone beliau berkata “Ren mengko bar Renny nompo raport, Renny, ibu
mbek ayah nenggone mbah sumatera yo” artinya adalah Ren nanti kalau Renny udah
terima raport, Renny, ibu dan ayah pergi ketempat nenek dan kakek yang di
Sumatra ya. Memang pada saat itu hati saya merasa bahagia, bagaimana tidak saya
ingin bertemu nenek dan kakek yang sebelumnya belum pernah saya lihat. Tetapi
disisi lain saya tidak ingin meninggalkan nenek dan kakek saya. Karena walaupun
saya bandel kepada mereka tetapi saya sangat menyayangi mereka. Setelah
melawati ulangan semester ganjil dan genap kini tibalah hari yang saya
tunggu-tunggu pun tiba yaitu hari penerimaan raport. Jantung berdegup sangat
kencang saya takut jikalau saya tidak naik kelas, karena saya tidak ingin
membuat kedua orang tua saya malu.
Pada saat itu yang
mewakili untuk mengambil raport adalah nenek saya. Yang saya inginkan hadir
disitu adalah ibu saya, tetapi beliau jauh tidak mungkin beliau menghadiri
acara pembagian raport saya. Acara pun dimulai singkat cerita waktu pembagian
raport pun tiba dan ternyata saya naik kelas alhamdulillah saya tidak mempermalukan kedua orang tua saya.
Akan tetapi saya merasa
tidak puas oleh peringkat yang saya dapat karena saya mendapatkan peringkat 8
dari 10 siswa. Kalau disimak kembali wajar saja saya mendapat peringkat 8,
karena belajar saya juga kurang yang saya fikirkan hanya main dan main. Sebelum
SD saya ingin masuk kejenjang pendidikan TK, tetapi berhubung di desa saya itu
perjalanan untuk menuju sekolah TK sangat jauh. Maka kedua orang tua saya
memutuskan agar saya tidak masuk kejenjang pendidikan TK.
Hati saya merasa sedih
sebab pendidikan taman kanak-kanak (TK) sangat saya rindukan, akan tetapi saya
tidak bisa merasakan bagaimana pendidikan TK tersebut. Kenaikan kelas telah
tiba dan sekarang saya duduk dikelas 2 SD, tapi sebelum itu saya menerima
kiriman dari kedua orang tua saya. Saat saya membuka kiriman yang berbentuk
kotak dan dibungkus oleh kardus tersebut, ternyata didalamnya berisikan satu
buah boneka, tas dan juga alat hitung manual. Hati saya begitu senang,
kerinduan dan sakit hati saya telah terobati. Ternyata mereka masih mengingat
saya dan mereka memberi motivasi untuk saya agar saya lebih dan lebih giat lagi
belajar. Hingga suatu hari saya mendapat kabar bahwa ibu dan ayah saya akan
pulang. Saya sangat gembira ketika mengetahui hal tersebut, dan say menunggu
kedatangan mereka dengan persaan hati yang sudah tercanpur-campur bagaikan
gado-gado.
Detik demi detik, menit
demi menit pun berlalu, jam demi jam pun berlalu. Akhirnya suasana yang saya
nanti-natikan pun tiba, ibu dan ayah saya telah kembali kini mereka telah
dihadapan mata saya. Betapa gembiranya hati ini ya allah kedua orang tua hamba telah kembali kepada hamba lagi
setelah sekian lama mereka meninggalkan hamba “ujar saya pada waktu itu”. Hari
–demi hari saya lewati bersama kedua orang tua saya lagi, hingga pada suatu
hari ibu saya berkata “Ren sesok kita mangkat nenggone mbah Sumatera yo, ko
ewangi ibu nyiap-nyiapne baju” artinya Ren besok kita berangkat ketempat kakek
dan nenek di Sumatera ya, nanti malam bantu ibu menyiapkan baju. Keesokan
harinya tepatnya pukul 05:00 pagi kami berangkat dari rumah, pada saat itu saya
menangis sampai tersedu karena saya tidak ingin meninggalkan kakek dan nenek
saya.
Karena pada waktu itu cucu mereka masih saya,
dan jikalau saya pergi maka tidak ada yang menemani mereka. Yang bisa mereka
ajak untuk bercanda, yang bisa menemani hari-hari mereka. Anak-anak mereka hanya satu dan itu yang terakhir dan
kebetulan masih mengenyam pendidikan SD, sehingga masih tinggal bersama orang
tuanya. Lain hal dengan anak-anak mereka yang lain yang sudah tidak mengenyam
pendidikan lagi, dan mereka telah pergi untuk mencari penghasilan sendiri.
Kakek dan nenek saya
memiliki lima orang anak, anak yang pertama adalah ibu saya, kedua adalah bibi
saya, ketiga adalah paman saya, keempat dan kelima bibi saya lagi. Bibi saya
yang terakhir bernama Martini dia masih duduk dikelas 5 SD pada waktu itu.
Waktu pun menunjukkan pukul 05:45 saya dan kedua orang tua saya pun bergegas
untuk berangkat, kami berangkat menggunakan ojek. Sebab dikampung saya alat
transportasi belum sampai ke desa saya, alat transportasi hanya terdapat
didaerah tertentu saja. Pada saat diperjalanan saya selalu menangis, saya tidka
tega meninggalkan kekek, nenek dan bibi saya. Hati saya begitu sakit saat harus
meninggalkan mereka. Pipi saya telah basah akibat air mata yang selalu mengalir
tanpa henti. Disetiap perjalanan saya selalu memanjatkan do’a kepada allah swt
“ya allah jagalah selalu kakek, nenek dan bibi saya, hamba sayang mereka ya
allah”.
Selalu saja saya
berdo’a seperti itu, tiada bosan-bosannya karena saya sangat menyayangi kakek
dan nenek saya. Singkat cerita kami telah sampai ketempat tujuan kami yaitu
kakek dan nenek saya yang ada di Sumatera, pada saat kami telah tiba didepan
rumah mereka pun langsung berlari menuju kami. Nenek saya langsung memeluk ayah
saya sungguh sanagat mengharukan suasana pada saat itu. Nenek saya sampai
menangis akibat rindu yang teramat dalam kepada ayah saya. Keesokan harinya ibu
saya mengantarkan saya kesekolah baru saya, kami berjalan pada waktu itu saya
pun sempat mengeluh kepada ibu saya sebab jarak yang kami tempuh lumayan jauh.
Hingga akhirnya ibu saya memutuskan untuk mengojek dan kebetulan ada tukang
ojek yang lewat, iu saya pun langsung menyetop ojek lalu kami pun akhirnya naik
ojek untuk menuju sekolah saya tersebut.
Sesampainya kami
disekolahan saya merasa agak minder atau engga pd sebab disana muridnya sangat
banyak dan rata-rata mereka adalah orang yang mampu. Berbeda jauh dengan saya
yang biasa-biasa saja. Hari kembali masuk kebangku sekolah pun tiba, pagi
tepatnya pukul 07:00 saya dan paman saya berangkat sekolah. Kebetulan paman saya
yang bernama Supriyadi biasa dipanggil Adi dia satu kelas dengan saya. Jadi
kami bisa berangkat bersama kesekolah. Ayah saya anak kedua dari enam
bersaudara dan kebetula paman saya tadi dia adalah anak terakhir. Sebenarnya
saya dan dia itu jaraknya berbeda satu tahun tapi saya tidak tau kenapa kami
bisa satu kelas padahal dia juga tidak pernah untuk tidak naik kelas.
Akhirnya kami pun
sampai disekolah pada pukul 07:30 saat itu saya disuruh maju kedepan kelas
untuk memperkenalkan diri. Jelas saya sangat gugup untuk berbicara dihapan
orang banyak. Banyaknya murid dikelas saya berjumlah 20 lebih saya juga sudah
lupa kami terbagi atas dua kelas yaitu kelas A dan B.
Perkenalan saya lalui
dengan penuh rasa gugup karena kurang percaya diri. Setelah perkenalan ibu guru
saya yang saya sudah lupa nama beliau siapa, beliau menyuruh saya untuk duduk
disebelah teman cewe saya dan ternyata dia non muslim. Saya langsung terkejut
tapi tidak saya nampakkan dihadapan dia. Sebab saya takut dia salah paham, saya
terkejut tidak maksud apa-apa saya merasa aneh saja karena baru itu saya
menemui orang yang non muslim dihadapan saya secara langsung dan dia adlah
teman sekelas saya. Saya pun bertanya-tanya bagaimana ajaran agama dia, hingga
akhirnya pengetahuan saya bertambah tentang agama walaupun bukan tentang agama
saya sendiri.
Hingga hari-hari pun
berlalu saya lewati dengan penuh kegembiraan, pada saat mengerjakan tugas dari
guru saya. Kekompakan saya dan paman saya pun terjalin kami bersama-sama untuk
menyelesaikan tugas tersebut hingga selesai. Jika kami mendapat kesulitan dalam
mengerjakannya ibu saya datang untuk memberikan bantuan kepada kami. Hingga
pada suatu hari saya menemui perut ibu saya membesar saya pun bertanya ibu
hamil ya. Lalu ibu saya menjawab iya ibu hamil nak, kemudian saya melanjutkan
pertanyaan saya lagi sudah berapa bulan bu. Ibu saya kembali menjawab sudah 6
bulan lalu saya bertanya lagi bu saya pengen adeknya nanti yang lahir adalah
cewek biar nemenin renny main masak-masakan bu. Ibu saya berkata”cowok atau
cewek sama aja Ren yang penting lahir dengan selamat tanpa ada kekurangan suatu
apapun.
Waktu pun berlalu hingga
3 bulan sudah ibu saya mengandung, pada pukul 04:00 pagi adek saya pun akhirnya
lahir dimuka bumi. Dia langsung menangis dan tangisannya pun membangunkan tidur
saya. Saya yang masih dalam kondisi mengantuk langsung keluar menuju kamar ibu
saya. Ketika saya melihat adek saya, saya merasa kecewa pada saat itu karena
yang saya harapkan tidak menjadi kenyataan. Karena yang terlahir adalah seorang
anak laki-laki bukan perempuan seperti yang saya harapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar